Selasa, 10 Mei 2011

Suloso Puteraku

Putera ke dua dari isteri pertamaku. Bila ku mengingatmu wahai puteraku, aku sedih, senang ataupun bangga maupun bahagia aku tak mengerti. Engkau sangat menderita di dalam kandungan ibumu pun juga kakakmu, kaluan harus berjuang keras untuk hidup melawan dampak kimiawi dari ganasnya obat-obatan yang diharapkan dapat menyembuhkan penyakit ibumu. Ahk kalian semua sangat menderita bahkan engkau Suloso karna tak tahan, akhirnya engkau harus gugur di dalam kandungan ibumu.
Walau semua telah kembali ke hari baan yang diawali oleh kakakmu Yhudistiro Arifin yang sempat hadir di dunia fana walaupun hanya 13 hari. Meski aku sempat terhentak dan tertegun tatkala malam sebelum pemakamannya aku dijumpai dalam mimpi, "dia memandangku dengan tajam bahkan sampai bola matanya seakan membesar melototiku ungkapan marahnya padaku karna aku dianggap tak pecus jadi seorang  bapak dan dia  berkata 'Opo kowe wani' seketika itu aku terbangun" Akupun merenungkan, memang aku tak becus menjadi seorang ayah karena telah menelantarkan engkau di rumah sakit selama 13 hari tanpa ada yang menunggu. Memang aku bersalah, tapi akupun harus berjuang untuk mencari dana agar bisa membiayaimu di rumah sakit sedangkan aku bagai tak punya sanak saudara, karena semua saudara ku tak perduli pada kita.
Bahkan ibumupun turut menyusul kalian karna tak kuasa dengan sakit yang dideritanya